SUGI MANURU RAJA MUNA VI
SUGI MANURU adalah Raja Muna VI
terkenal bijaksana dan memiliki wawasan luas dan sangat ahli dalam ilmu ketata
negaraan. Dikalangan masyarakat
Muna SUGI MANURU diberi gelar sebagai ‘ omputo mepasokino
Adhati’ artinya Raja yang
menetapkan Hukum , adat, nilai-nilai dan falsafa dasar berbangsa dan bernegara.
Gelar tersebut diberikan sebab pada masa pemerintahan SUGI MANURU lah
dirumuskan dan ditetapkan
tatanan, nilai-nilai dan sendi-sendi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di kerajaan Muna. Tatanan kehidupan bermasyarakat
yang dirumuskan dan ditetapkan pada masa pemerintahan Sugi Manuru. Nilai-nilai
dan sendi-sendi berbangsa dan bernegara tersebut dikaitkan dengan relevansi wilayah dalam hubungannya dengan
manusia, alam dan Tuhan.
Penetapan hubungan wilayah dengan
manusia tersebut dipengaruhi oleh ajaran dan nilai-nilai islam. Itu artinya
walaupun Sugi manuru belum memeluk islam, namun nilai-nilai islam telah
berpengaruh di kalangan istana kerajaan Muna.
Masuknya pegaruh islam di Kerajaan Muna
setelah masuknya penyebar islam I di Muna yaitu Syekh Abdul Wahid. Menurut
beberapa catatan, Syekh Abdul Wahid adalah seorang misionaris islam yang
berasal dari Arab. Namun ada juga yang mengatakan bahwa beliau adalah pedagang
dari Gujarad.
Islam mulai diajarkan secara luas oleh Syekh Abdul Wahid di
Kerajaan Muna pada masa-masa akhir pemerintahan Sugi manuru. Salah satu murid
pertama Syekh Abdul Wahid adalah La Kilaponto, Putera Raja Sugi Manuru yang
kemudian menjadi Raja Muna VII dan akhirnya menjadi Raja Buton VI.
Setelah Menjadi Raja Buton, La
Kilaponto kemudian memboyong gurunya tersebut di kerajaan Buton. Hal inilah
yang menyebabkan proses islamisasi di kerajaan muna menjadi terhenti
.Hal yang berbeda terjadi di Kerajaan
Buton. Seiring dengan peningkatan intensitas pengajaran islam di kalangan
masyarakat buton, maka proses islamisasi di Kerajaan buton berjalan sangat
pesat. Bahkan dalam waktu tiga tahun agama Islam resmi menjadi agama kerajaan.
Bukti diterimanya agama islam sebagai
agama kerajaan adalah berubahnya bentuk Kerajaan menjadi kesultanan dan Sultan
pertamanya adalah La Kilaponto. Setelah resmi menjadi Sultan, Lakilaponto
Kemudian Bergelar Sultan Kaimuddin Khalifatul Khamis.
Sebagaimana halnya dengan pemerintahan
tradisonal lainnya, di kerajaan Muna juga menganggap seorang raja sebagai poros kekuaasaan dan
sumber keteladanan. Jadi apapun yang dilakukan, diyakini atapun yang
dititahkan raja maka semua warganya wajib mengikuti tanpa
terlebih dahulu menannyakan apalagi menilai baik-buruknya. Jadi karena Islamisasi
fase pertama ini belum mampu mengislamkan raja sebagai penguasa, makaa
prosesnya berjalan sangat lamban.
Sebagai mana yang dijelaskan terdahulu,
Walaupun pada masa Pemerintaha SUGI MANURU Islam baru diperkenalkan oleh
Syekh Abdul Wahid di Kerajaan Muna
serta SUGI MANURU sendiri belum
memeluk islam, namun sepertinya SUGI MANURU telah memiliki pemahaman
yang kuat terhadap nilai-nilai Islam. Pemahaman Sugi manuru terhadap
nilai-nilai islam dapat juga dilihat
saat membagi Kerajaan dalam empat
wilayah besar yang disebut dengan Ghoera yaitu Ghoerano Tongkuno, Ghoerano
Lawa, Ghoerano Katobu.
Pembagian wilayah kerajaan muna menjadi
empat Ghiera tersebut oleh Sugi manuru di ibaratkan sebagai ;
1. Ghoerano Tongkuno di ibaratkan asal api hurufnya alif.
2. Ghoerano Lawa di ibaratkan asal angin hurufnya ha.
3. Ghoerano Kabawo di ibaratakan
asal air huruf nya mim.
4. Ghoerano Katobu di ibaratkan asal tanah huruf nya dal.
Pengibaratan tersebut bertitik tolak
pada hakikat penciptaan manusia yang
memiliki sifat– sifat api, angin,air dan tanah.Keempat sifat
tersebut kemudian diuraikan sebagai berikut ;
1. Sifat api; adalah
menggambarkan manusia yang memiliki emosi. Sebagaimana Api, emosi ini kalau dikelola
dengan baik akan memberi manfaat bagi banyak orang, tapi kalau tidak terkontrol
maka akan menyebabkan kehancuran yang besar.
2. Sifat angin adalah
menggambarkan manusia yang memiliki
ambisi. Ambisi yang dimiliki setiap manusia itu bagaikan senjata. Kalau
ambisi berada pada orang yang baik maka ambisi itu akan diarahkan pada hal-hal yang positif dan
menjadi motifasi untuk mencapai kesuksesan dengan cara-cara yang benar. Tapi kalau berada pada orang yang tidak baik
maka akan diarahkan pada ha-hal yang negative bahkan kadang menghalalkan segala cara untuk mencapai apa
yang di cita-citakaan.
3. Sifat air
menggambarkan sifat manusia yang tenang
selalu memberikan kesegaran dan kesejukan serta
menghilangkan dahaga. Namun demikian kalau pengelolaan dan penggunaanya
dilakukan dengan cara yang tidak baik dan tidak benar, maka akan menjadi
petaka. Air juga memiliki sifat selalu mengalir ditempat yang lebih rendah,
maksudnya manusia harus memiliki sifat rendah hati, tidak sombong walau
memiliki kekuatan yang besar. Hal yang paling pokok adalah sifat air yang
selalu mengikuti bentuk wadahnya, ini artinya manusia harus dapat beradaptasi
dengan situasi dan kondisi dimana dia berada.
4. Sifat Tanah
diibaratkan sebagai sifat manusia yang sabar dan tidak menuntut imbalan atas
segalah sesuatu yang dilakukan untuk kepentingan orang lain. Hal ini dapat
dilihat dari sifat tanah yang selalu sabar walalupun telah menumbuhkan tanaman
sebagai sumber kehidupan manusia, walaupun telah menyediakan tempat untuk
berpijak manusia dia tidak pernah menuntut imbalan. Bahkan ketika diinjak dan
diberaki tanah tidak pernah marah.
Begitu bijaksananya , sehingga dalam
melakukan pembagian wilayah pun SUGI MANURU melakukan pengandaian dengan
hakikat penciptaan manusia sebagaimana yang dikandung oleh nilai-nilai islam.
Disebutkan pula bahwa SUGI MANURU yang menetapkan pembagian golongan di
Kerajaan Muna. Adapun golongan itu adalah Kaoumu, Walaka, Olindo Fitu
Bangkaono,dan Wawono Liwu. Yang secara hakikat dapat pula dikatakan bahwa
susunan golongan-golongan itu di ibaratkan sebagaai struktur raga manusia yaitu
:
Þ O kaomu, di ibaratkan kepala manusia huruf nya mim
awal.
Þ O walaka di ibaratkan badan manusia huruf nya Ha.
Þ O lindo Fitu bengkauno di ibaratkan perut
hurufnya mim akhir.
Þ Owawono Liwu di ibaratkan kaki hurupnya Dal.
Inilah yang dikatakan pengendali dan
yang dikendali. Kaomu dan Walaka adalah mitra kerja yang mengendali, Olindo
Fitu Bangkauno serta Wawono Liwu adalah sumber daya manusia dan sumber daya
alam, bakalan yang akan di atur.
Nilai-nilai yang diajarkan SUGI MANURU
Inilah yang dikatakan ebagai rahasia wawasan negeri dalam pengertian SOWITE ( untuk tanah air ). SOWITE ini
kemudian diuraikan agar mudah dalam
implementasinya sebagai landasan idiologi
yang dikenal dengan falsafah hidup masyarakat Muna, yaitu “ Koemo
Bhada Sumanomo Liwu, Koemo Liwu Sumanomo Sara, Koemo Sara Semanomo Oadhati,
Koemo Oadhati Sumanomo Agama”, artinya ; Rela mengorbankan Jiwa dan raga
demi bangsa dan negara, Tegakkan Hukum walaupun bumi runtuh, kalaupun hukum
tidak berjalan, adat istiadat tetap harus dipertahankan, Kalaupun adat istidat
sudah tidak memberi arah,
nilai-nilai, agama yang akan
dijadikan pegangan.
Penetapan empat landasan idiologi
sebagai falsafah hidup Masyarakat Muna tersebut sangat jelas dipengaruhi oleh
ajaran Islam. Hal ini ditandai dengan penghargaan agama sebagai ajaran yang
harus dipegang dan menjadi petunjuk apabila ajaran-ajaran lainnya tidak
berjalan dengan baik.
Penentuan tingkatan golongan masyarakat
pada masa pemerintahan SUGI MANURU di klasifikasikan berdasarkan
keturunan Sugi manuru. Hal ini dimaksudkan agar kelak tidak terjadi konflik
perebutan kekuasaan diantara keturunannnya.
Struktur tingkatan golongan masyarakat
itu adalah :
1. Golongan Kaomu. Golongan ini bersumber dari anak
laki-laki Sugi Manuru yang berasal dari permaisuri. Kaomu adalah goloangan
teratas yang berhak menduduki jabatan Raja Muna dan Jabatan-Jabatan eksekutif
lainnya yang sesui dengan hukum adat ( Kuasa eksekutif )
2. Golongan Walaka. Golongan ini bersumber dari anak
Perempuan Sugi Manuru yaitu Wa ode pago yang kawin dengan La Pokainse anak
Mieno Wamelai. Walaka adalah golongan yang berhak dan memiliki kuasa dalam
mengangkat Raja Muna, memegang kekuasaan menetapkan hukum hukum adaat dan mengawasi
pelaksanaannya ( kuasa legislatif dan Yudikatif ).
3. Goloangan Wawono Liwu. Goloangan ini terbagi atas tiga
tingkatan yaitu :
Þ Golongan Wawono Liwu Ghoera atau Fitu Bengkauno,
Golongan ini bermula dari 7 orang anak laki-laki Sugi Manuru dari istri
selir. Golongan ini berhak untuk menjadi kepalah pemerintahan Ghoera (kuasa
Pemerintah daerah) yaitu;
1. Ghoerano Tongkuno
2. Ghoerano Kabawo
3. Ghoerano Lawa
4. Ghoerano Katobu
Þ Golongan Wawono
Ghaoera Papara yaitu turunan dari ke 4 Kamokulano dahulu yaitu;
1. Kamokulano Tongkuno.
2. Kamokulano Barangka,
3. Kamokulano Lindo,
4. Kamokulano Wapepi.
Þ Golongan Poino
Kontu Lakono Sau. Golongan ini adalah golongan Wawono Liwu yang terendah,
ibarat sebuah batu dan sepotong kayu didalam masyarakat Kerajaan Muna. Mereka
ini turunan dari ke empat Mieno yaitu;
1. Mieno Kaura,
2. Mieno Kasintala,
3. Meino Lembo,dan
4. Meino Ndoke.
Sugi
Manuru juga menetapkan mekanisme pengangklatan pemimpin, mulai dari tingkat
Raja sampai pada tingkat pemerintahan terendah yaitu Mieno. Menurut ajaran Sugi
manuru Penentuan siapa yang akan menjadi
pemimpin dimasing-masing tingkatan dan golongan ditentukan oleh Sara
berdasarkan kapasitas masing-massing indifidu. Pengangkatannya berdasarkan
hasil rapat dewan adat yang anggotanya berasal dari golongan Walaka.
Selain
Menyusun tingkatan golongan masyarakat, SUGI MANURU juga menetapkan struktur pemerintahan kerajaan. Struktur
pemerintahan kerajaan pada jaman SUGI MANURU adalah ;
Þ Raja (Eksekutif), dari Golongan Kaomu
Þ Bonto ( Legislatif ), dari golongan walaka
Þ Mintarano Bhitara ( Yudikatif ), dari
golongan Walaka ( No 1- 3 adalah
pemerintah pusat )
Þ Mowano Ghoera ------------ pemerintahan setingkat dibawah
pemerintah pusat
Þ Kamokula & Mieno -------------
setingkat dibawah Ghoera
Semua
perangkat kerajaan termasuk raja disebut sebagai Sarano Wuna. Mereka
itu harus dapat merepresentasikan muna secara keseluruhan.Dewan Sara dipimpin
oleh Bonto dari golongan Kaomu. Sidang – sidang dewan Sara bertugas mengangkat
dan memberhentikan Raja serta menetapkan arah haluan kebijakan
Kerajaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar