Senin, 29 Oktober 2012
Kamis, 25 Oktober 2012
JANGAN ADA JUDUL oleh Alfanism Kapitalau pada 24 Oktober 2012 pukul 23:49
Kabut senja menjurus tepi
Melambai indah mekar menawan
Beralih terang membungkus petang
Indah bintang riang di atap bumi
Sebab indahMu terbungkus rapi……
Wajahmu kian mencekam
Menyambar surya, menyentuh rembulan
Menyinari dan membayangi
Setiap hulu dan hilir induk sungai
Yang memberi arti kehidupan
Tumbang, terkapar ruang melilit waktu
Meraba, menjurus lurus ke nadir bumi
Mencari tumpuan, mencari makna
Surya membalik tersungkup malu
disaat dwi mengaku esa
....for my direction live .....
Sabtu, 20 Oktober 2012
SOSIALISASI SEBAGAI PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
1.
Pengertian Proses Sosialisasi
Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, proses sosial adalah pengaruh timbal
balik antara berbagai bidang kehidupan yang berguna. Kehidupan bersama itu
dapat dilihat dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari aspek hukum.
Aktivitas
sosial itu terjadi karena adanya aktivitas dari manusia dalam hubungannya
dengan manusia lain.
Jadi,
dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan bentuk utama dari proses
sosial.
Keseluruhan
kebiasaan yang dimiliki manusia di bidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan,
agama, politik, dan sebagainya harus dipelajari oleh setiap anggota baru
masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi. Menurut Berger,
sosialisasi sebagai proses melalui bagaimana seorang anak belajar menjadi
seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Beberapa teori
sosialisasi menurut para ahli sosiolog adalah sebagai berikut:
a.
Teori George Herbert Mead
Menurut
Mead setiap anggota baru harus mempelajari peran-peran yang ada di dalam
masyarakat yaitu suatu proses yang dinamakan pengambilan peran. Dalam proses
ini seorang belajar untuk mengetahui peran yang harus dijalankan serta peran
yang harus dijalankan orang lain. Jadi diri seseorang terbentuk melalui
interaksi dengan orang lain.
b.
Teori Charles H. Cooley
Menurut
Cooley, seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain melalui
tiga tahap, yaitu:
1.
Seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadapnya.
2.
Seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap
penampilannya.
3.
Seseorang mempunyai perasaan apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain
terhadapnya.
Ia
menganalogikan antara pembentukan diri seorang dengan perilaku orang yang
sedang bercermin. Misalnya seseorang siswa memperoleh nilai rendah dalam ujian,
ia merasa bahwa para gurunya menganggapnya bodoh, maka ia kurang dihargai dan
siswa tersebut menjadi murung.
2.
Agen Sosialisasi
Ada
empat agen sosialisasi yaitu keluarga, teman bermain, lingkungan sekolah dan
media massa. Misalnya, surat kabar, majalah, buletin, televisi, radio dan
iklan.
a.
Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan utama yang dikenal oleh anak. Agen sosialisasi di
lingkungan keluarga meliputi orang tua, saudara kandung bahkan untuk lingkungan
besar termasuk kakek, nenek, paman, bibi, dan sebagainya. Di samping itu bagi
keluarga yang memiliki status sosial yang lebih baik, agen sosialisasi
termasuk, pekerja sosial, petugas anak, pembantu dan sebagainya. Peran agen
sosialisasi terutama orang tua sangat penting. Arti pentingnya agen sosialisasi
terletak pada pentingnya kemampuan yang harus dikerjakan kepada anak.
b.
Teman bermain
Anak
mulai bergaul dengan lingkungan selain keluarganya. Misalnya; tetangganya atau
teman sekolahnya, berarti anak menemukan agen sosialisasi yang lain. Pada
lingkungan ini seorang anak mempelajari berbagai kemampuan baru, dia melakukan
interaksi sosial sederajat, anak memasuki game stage yaitu mempelajari aturan
yang mengatur peran orang lain yang kedudukannya sederajat.
c.
Lingkungan sekolah
Di
lingkungan sekolah atau pendidikan formal seorang anak mulai mempelajari
hal-hal baru yang belum dipelajari dalam lingkungan keluarga maupun kelompok
bermain. Pendidikan formal mempersiapkan penguasaan peran-peran baru yang akan
digunakan di kemudian hari, pada saat anak tidak tergantung pada orang tua
lagi. Di lingkungan sekolah, seseorang belajar bahasa (mendengarkan berbicara,
membaca dan menulis), belajar matematika, ilmu pengetahuan sosial dan pelajaran
lain-lain. Di lingkungan sekolah, para siswa belajar kemandirian, prestasi,
umum dan khusus.
1.
Kemandirian
Jika
di rumah anak dapat mengandalkan bantuan orang tuanya dalam melakukan berbagai
tugas, maka di sekolah sebagian besar harus dilakukan dengan penuh rasa
tanggung jawab. Jadi tidak ada ketergantungan pada orang lain.
2.
Prestasi
Di
sekolah anak belajar bersaing dan berprestasi. Setiap tugas-tugas yang
diberikan akan memperoleh penghargaan berupa nilai, berbagai nilai yang
diperoleh akan menunjukkan tingkat prestasi seseorang sehingga seorang anak
termotivasi untuk belajar dan meraih prestasi.
3.
Umum
Di
lingkungan sekolah, setiap anak akan memperoleh perlakuan yang sama (secara
umum), berbeda dengan di lingkungan keluarga, seorang anak cenderung memperoleh
perlakuan khusus.
4.
Khusus
Di
lingkungan sekolah, penilaian terhadap perilaku siswa dibatasi secara khusus.
Misalnya penilaian matematika tidak mempengaruhi mata pelajaran lain, seperti
bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan sosial dan lain-lain. Keberhasilan atau
kegagalan ditentukan oleh prestasi secara khusus tiap-tiap mata pelajaran itu
sendiri.
5.
Media Masa
Media
masa, baik media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio,
televisi, film, internet) merupakan bentuk komunikasi yang dikatagorikan
sebagai agen sosialisasi. Pesan-pesan yang disampaikan baik melalui surat
kabar, majalah, radio, televisi, film dan internet akan mempengaruhi perilaku
seseorang. Misalnya, anak mengikuti gaya mode dan penampilan para artis.
3.
Tujuan dan Indikator Keberhasilan Proses Sosialisasi
a.
Tujuan sosialisasi
Tujuan
sosialiasi yaitu sebagai proses pengenalan diri sendiri dan orang lain dengan
perannya masing-masing. Melalui sosialisasi, seseorang dapat menyesuaikan
perilaku yang diharapkan, mengenal dirinya dan mengembangkan segenap potensinya
untuk menjadi anggota masyarakat dengan menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan
sebagai pedoman dalam kehidupannya.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan sosialisasi adalah:
1.
Untuk mengenal dan mengetahui lingkungan sosial di mana seseorang individu
bertempat tinggal, misalnya mengenal anggota keluarga (ayah, ibu dan
saudara-saudaranya).
2.
Untuk mengenal dan mengetahui lingkungan sosial masyarakat. Misalnya mengenal
teman bermain, mengenal tetangga.
3.
Untuk mengenal lingkungan alam sekitar. Misalnya mengenal kedudukan tempat
tinggalnya di antara masyarakat dan mengenal lingkungan tempat bekerja.
4.
Untuk mengenal sistem nilai-nilai norma-norma yang berlaku di lingkungan
masyarakat. Misalnya, mengenal adat istiadat, mengetahui peraturan-peraturan
yang berlaku dan sanksi-sanksi yang diterapkan.
5.
Untuk mengenal dan mengetahui lingkungan sosial budaya sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat.
b.
Indikator Keberhasilan Proses Sosialisasi
Keberhasilan
seseorang individu dalam proses sosialisasi dapat dilihat dan diukur dari
adanya indikasi-indikasi sebagai berikut:
1.
Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam
sekitarnya, hal ini dapat dan seorang mengenal keluarga, saudara, tetangga.
2.
Dapat berintegrasi dengan lingkungan sosial masyarakat.
3.
Adanya peningkatan status dan peranan seseorang dalam usaha peningkatan kasir.
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Sosialisasi
Keberhasilan
proses sosialisasi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari diri individu,
wawasan biologis, potensi dirinya dan faktor yang berasal dari luar dirinya.
a.
Faktor dari dalam
Faktor
yang berasal dan dalam individu seseorang meliputi:
1.
Bilogis yang meliputi bentuk tubuh, golongan darah, wajah alat indera.
2.
Tingkat kecerdasan atau Intelegensi Question (IQ).
3.
Tingkat emotional atau Emotional Question (EQ) dan
4.
Potensi, bakat, serta keterampilan.
b.
Faktor dari luar
Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses sosialisasi yang berasal dari luar yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat setempat, lingkungan bermain/pergaulan,
lingkungan pendidikan, dan lingkungan pekerjaan.
5. Pembentukan
Kepribadian
a.
Faktor-faktor pembentukan kepribadian
Istilah
“Kepribadian” adalah sebagai ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten,
yang memiliki identitas khusus sebagai individu. Ciri khas tersebut berbeda
antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang adalah:
1.
Faktor keturunan
2.
Faktor lingkungan alam
3.
Lingkup budaya
4.
Situasi
b.
Unsur-unsur pembentukan kepribadian
1.
Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang
sadar, dan secara nyata yang terkandung di dalam otaknya. Seluruh proses akal
manusia yang sudah jadi antara lain, persepsi, apersepsi, pengamatan, konsep
maupun fantasi.
2.
Perasaan
Perasaan
adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia, karena pengaruh pengetahuannya
dinilai sebagai keadaan positif atau negatif. Adapun dorongan naluri antara
lain, dorongan untuk memperatahankan hidup, dorongan seks, dorongan untuk
berbakti, rasa, simpati, cemburu, dorongan akan kehendak bentuk, warna dan
gerak.
c.
Tipologi kepribadian
Tipologi
kepribadian seseorang menjadi enam tipologi dan masing-masing memiliki karakter
dan kedudukan yang berbeda-beda. Keenam tipologi yang dimaksud adalah:
1.
Realistis
Tipe
realistis yaitu seseorang yang menyukai kegiatan fisik yang menuntut
kererampilan, kekuatan dan koordinasi.
2.
Investigatif
Seseorang
yang memiliki tipe investigatif menyukai kegiatan yang mencakup pemikiran,
pengorganisasian dan pemahaman.
3.
Sosial
Tipe
sosial yaitu seseorang yang menyukai kegiatan yang membantu meringankan beban
orang lain.
4.
Konversional
Tipe
konversional yaitu tipe yang menyukai kegiatan yang diatur dengan peraturan
jelas.
5.
Enterfising
Tipologi
ini menyukai kegiatan di mana selalu ada peluang untuk mempengaruhi orang lain.
6.
Artistik
Seseorang
dalam tipologi ini menyukai kegiatan yang bersifat mendua, eksperesif, kreatif.
Karakternya imajinatif, tidak teratur, idealis, emosional, tidak praktis.
Kedudukannya: tukang cat, pemusik, penulis.
6.
Fungsi Nilai dan Norma Sosial
a.
Nilai Sosial
1.
Pengertian nilai sosial
Nilai
adalah suatu ukuran atau patokan yang diyakini dan dijadikan standar pedoman.
Nilai sosial berarti pedoman perilaku yang dianggap baik, pantas dan benar
sebagai ukuran perilaku masyarakat.
2.
Ciri-ciri nilai sosial
1.
Hasil interaksi sosial antar warga masyarakat
2.
Bukan pembawaan sejak lahir
3.
Terbentuk melalui proses belajar
4.
Dapat mempengaruhi perkembangan pribadi
5.
Berhubungan satu sama lain dan
6.
Bervariasi antara budaya yang satu dengan yang lain.
b.
Norma Sosial
1.
Pengertian sosial
a.
Umumnya tidak tertulis kecuali norma hukum
b.
Hasil dan kesepakatan masyarakat
c.
Warga masyarakat mentaatinya
d.
Mengandung sanksi bagi yang melanggarnya dan
e.
Menyebabkan terjadinya perubahan sosial sehingga norma sosial dapat berubah
pula.
Menurut
Berry, unsur pokok dari norma yaitu tekanan sosial terhadap anggota-anggota
masyarakat untuk menjalankan norma-norma tersebut. Jika aturan-aturan tidak
dikuatkan oleh desakan sosial, maka tidak dapat disebut norma sosial. Adanya
desakan sosial itu merupakan ciri, bahwa norma-norma itu benar-benar telah
menjadi norma sosial, sebab norma disebut sebagai norma sosial bukan saja
karena telah mendapatkan sifat kemasyarakatannya akan tetapi telah dijadikan
patokan dalam perilaku.
2.
Tahap-tahap Norma sosial
Berdasarkan
tingkat daya ikat terhadap masyarakat tahap-tahap norma sosial meliputi:
a.
Norma cara (Usage)
Norma
cara yaitu tata cara yang dianut seseorang dalam melakukan sesuatu.
b.
Norma kebiasaan (Folkways)
Norma
kebiasaan yaitu suatu aturan yang biasa berlaku di lingkungan masyarakat (biasa
dilakukan secara berulang-ulang).
c.
Norma tata kelakuan (Mores)
Suatu
norma kebiasaan yang sudah mengakar di masyarakat berkembang menjadi norma tata
kelakuan, norma tata kelakuan digunakan sebagai alat pengawasan oleh masyarakat
kepada anggotanya.
d.
Norma hukum
Norma
hukum yaitu suatu rangkaian aturan yang menjadi pedoman bagi seluruh warga
negara. Norma hukum berisi ketentuan-ketentuan perundang-undangan termasuk
peraturan pemerintahan baik pusat maupun daerah dan keputusan-keputusan pejabat
pemerintah yang dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
apabila dilanggar dikenakan sanksi hukum baik penjara, denda atau hukuman mati.
3.
Jenis-jenis norma sosial
Dilihat
dari bidang-bidang kehidupan yang diaturnya, norma sosial dibagi menjadi 4
jenis antara lain adalah:
a.
Norma kesusilaan dan kesopanan
Norma
kesusilaan adalah norma yang bersumber dari perasaan manusia sedangkan norma
kesopanan bersumber pada akal pikiran manusia.
b.
Norma adat atau kebiasaan
Norma
adat atau kebiasaan yaitu norma yuang mengatur kehidupan bermasyarakat yang
dipergunakan secara berulang-ulang dan dibakukan sebagai pedoman adat dalam
kelompok masyarakat tertentu, misalnya adat perkawinan, adat pembagian warisan,
upacara penguburan dan selamatan.
c.
Norma Agama
Norma
agama yaitu aturan-aturan yang bersumber dan ajaran agama yang mengikat pada
penganutnya yang berisi perintah-perintah maupun larangan bagi penganutnya
masing-masing untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat, pelanggaran norma
tersebut akan dianggap sebagai perbuatan dosa.
d.
Norma Hukum
Norma
hukum merupakan norma sosial yang dibuat oleh lembaga berwenang untuk dijadikan
pedoman dalam mengatur kehidupan warga negara, dan kehidupan dalam hal ini
sanksi bagi yang melanggar dikenai denda, hukuman penjara, sesuai tingkat
kesalahannya.
7.
Fungsi Nilai dan Norma Sosial
Maurice
Doverger berpendapat bahwa nilai-nilai sosial mencerminkan suatu kualitas
referensi dalam tindakan, memberikan sumbangan yang berarti kepada pembentukan
pandangan dunia mereka, memberikan perasaan identitas kepada masyarakat dan
menentukan seperangkat tujuan yang hendak dicapai.
Saparinah
Sadli menjelaskan bahwa norma-norma sosial yang menjadi pedoman perilaku
manusia sebenarnya bersumber dari niali-nilai.
Fungsi
nilai dan norma-norma sosial antara lain adalah:
1.
Sebagai petunjuk perilaku
Nilai
dan norma merupakan sesuatu yang mengandung kebaikan yang telah diyakini dan
dijadikan pedoman dalam kehidupan.
2.
Sebagai pelindung pihak-pihak yang lemah
Nilai
dan norma sosial berlaku secara umum di lingkungan masyarakat. Nilai dan norma
membatasi ruang gerak orang-orang yang kuat untuk melakukan perilaku
sekehendaknya.
Kamis, 18 Oktober 2012
Sejarah Kerajaan Muna ( RAJA MUNA VI-SUGI MANURU)
SUGI MANURU RAJA MUNA VI
SUGI MANURU adalah Raja Muna VI
terkenal bijaksana dan memiliki wawasan luas dan sangat ahli dalam ilmu ketata
negaraan. Dikalangan masyarakat
Muna SUGI MANURU diberi gelar sebagai ‘ omputo mepasokino
Adhati’ artinya Raja yang
menetapkan Hukum , adat, nilai-nilai dan falsafa dasar berbangsa dan bernegara.
Gelar tersebut diberikan sebab pada masa pemerintahan SUGI MANURU lah
dirumuskan dan ditetapkan
tatanan, nilai-nilai dan sendi-sendi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di kerajaan Muna. Tatanan kehidupan bermasyarakat
yang dirumuskan dan ditetapkan pada masa pemerintahan Sugi Manuru. Nilai-nilai
dan sendi-sendi berbangsa dan bernegara tersebut dikaitkan dengan relevansi wilayah dalam hubungannya dengan
manusia, alam dan Tuhan.
Penetapan hubungan wilayah dengan
manusia tersebut dipengaruhi oleh ajaran dan nilai-nilai islam. Itu artinya
walaupun Sugi manuru belum memeluk islam, namun nilai-nilai islam telah
berpengaruh di kalangan istana kerajaan Muna.
Masuknya pegaruh islam di Kerajaan Muna
setelah masuknya penyebar islam I di Muna yaitu Syekh Abdul Wahid. Menurut
beberapa catatan, Syekh Abdul Wahid adalah seorang misionaris islam yang
berasal dari Arab. Namun ada juga yang mengatakan bahwa beliau adalah pedagang
dari Gujarad.
Islam mulai diajarkan secara luas oleh Syekh Abdul Wahid di
Kerajaan Muna pada masa-masa akhir pemerintahan Sugi manuru. Salah satu murid
pertama Syekh Abdul Wahid adalah La Kilaponto, Putera Raja Sugi Manuru yang
kemudian menjadi Raja Muna VII dan akhirnya menjadi Raja Buton VI.
Setelah Menjadi Raja Buton, La
Kilaponto kemudian memboyong gurunya tersebut di kerajaan Buton. Hal inilah
yang menyebabkan proses islamisasi di kerajaan muna menjadi terhenti
.Hal yang berbeda terjadi di Kerajaan
Buton. Seiring dengan peningkatan intensitas pengajaran islam di kalangan
masyarakat buton, maka proses islamisasi di Kerajaan buton berjalan sangat
pesat. Bahkan dalam waktu tiga tahun agama Islam resmi menjadi agama kerajaan.
Bukti diterimanya agama islam sebagai
agama kerajaan adalah berubahnya bentuk Kerajaan menjadi kesultanan dan Sultan
pertamanya adalah La Kilaponto. Setelah resmi menjadi Sultan, Lakilaponto
Kemudian Bergelar Sultan Kaimuddin Khalifatul Khamis.
Sebagaimana halnya dengan pemerintahan
tradisonal lainnya, di kerajaan Muna juga menganggap seorang raja sebagai poros kekuaasaan dan
sumber keteladanan. Jadi apapun yang dilakukan, diyakini atapun yang
dititahkan raja maka semua warganya wajib mengikuti tanpa
terlebih dahulu menannyakan apalagi menilai baik-buruknya. Jadi karena Islamisasi
fase pertama ini belum mampu mengislamkan raja sebagai penguasa, makaa
prosesnya berjalan sangat lamban.
Sebagai mana yang dijelaskan terdahulu,
Walaupun pada masa Pemerintaha SUGI MANURU Islam baru diperkenalkan oleh
Syekh Abdul Wahid di Kerajaan Muna
serta SUGI MANURU sendiri belum
memeluk islam, namun sepertinya SUGI MANURU telah memiliki pemahaman
yang kuat terhadap nilai-nilai Islam. Pemahaman Sugi manuru terhadap
nilai-nilai islam dapat juga dilihat
saat membagi Kerajaan dalam empat
wilayah besar yang disebut dengan Ghoera yaitu Ghoerano Tongkuno, Ghoerano
Lawa, Ghoerano Katobu.
Pembagian wilayah kerajaan muna menjadi
empat Ghiera tersebut oleh Sugi manuru di ibaratkan sebagai ;
1. Ghoerano Tongkuno di ibaratkan asal api hurufnya alif.
2. Ghoerano Lawa di ibaratkan asal angin hurufnya ha.
3. Ghoerano Kabawo di ibaratakan
asal air huruf nya mim.
4. Ghoerano Katobu di ibaratkan asal tanah huruf nya dal.
Pengibaratan tersebut bertitik tolak
pada hakikat penciptaan manusia yang
memiliki sifat– sifat api, angin,air dan tanah.Keempat sifat
tersebut kemudian diuraikan sebagai berikut ;
1. Sifat api; adalah
menggambarkan manusia yang memiliki emosi. Sebagaimana Api, emosi ini kalau dikelola
dengan baik akan memberi manfaat bagi banyak orang, tapi kalau tidak terkontrol
maka akan menyebabkan kehancuran yang besar.
2. Sifat angin adalah
menggambarkan manusia yang memiliki
ambisi. Ambisi yang dimiliki setiap manusia itu bagaikan senjata. Kalau
ambisi berada pada orang yang baik maka ambisi itu akan diarahkan pada hal-hal yang positif dan
menjadi motifasi untuk mencapai kesuksesan dengan cara-cara yang benar. Tapi kalau berada pada orang yang tidak baik
maka akan diarahkan pada ha-hal yang negative bahkan kadang menghalalkan segala cara untuk mencapai apa
yang di cita-citakaan.
3. Sifat air
menggambarkan sifat manusia yang tenang
selalu memberikan kesegaran dan kesejukan serta
menghilangkan dahaga. Namun demikian kalau pengelolaan dan penggunaanya
dilakukan dengan cara yang tidak baik dan tidak benar, maka akan menjadi
petaka. Air juga memiliki sifat selalu mengalir ditempat yang lebih rendah,
maksudnya manusia harus memiliki sifat rendah hati, tidak sombong walau
memiliki kekuatan yang besar. Hal yang paling pokok adalah sifat air yang
selalu mengikuti bentuk wadahnya, ini artinya manusia harus dapat beradaptasi
dengan situasi dan kondisi dimana dia berada.
4. Sifat Tanah
diibaratkan sebagai sifat manusia yang sabar dan tidak menuntut imbalan atas
segalah sesuatu yang dilakukan untuk kepentingan orang lain. Hal ini dapat
dilihat dari sifat tanah yang selalu sabar walalupun telah menumbuhkan tanaman
sebagai sumber kehidupan manusia, walaupun telah menyediakan tempat untuk
berpijak manusia dia tidak pernah menuntut imbalan. Bahkan ketika diinjak dan
diberaki tanah tidak pernah marah.
Begitu bijaksananya , sehingga dalam
melakukan pembagian wilayah pun SUGI MANURU melakukan pengandaian dengan
hakikat penciptaan manusia sebagaimana yang dikandung oleh nilai-nilai islam.
Disebutkan pula bahwa SUGI MANURU yang menetapkan pembagian golongan di
Kerajaan Muna. Adapun golongan itu adalah Kaoumu, Walaka, Olindo Fitu
Bangkaono,dan Wawono Liwu. Yang secara hakikat dapat pula dikatakan bahwa
susunan golongan-golongan itu di ibaratkan sebagaai struktur raga manusia yaitu
:
Þ O kaomu, di ibaratkan kepala manusia huruf nya mim
awal.
Þ O walaka di ibaratkan badan manusia huruf nya Ha.
Þ O lindo Fitu bengkauno di ibaratkan perut
hurufnya mim akhir.
Þ Owawono Liwu di ibaratkan kaki hurupnya Dal.
Inilah yang dikatakan pengendali dan
yang dikendali. Kaomu dan Walaka adalah mitra kerja yang mengendali, Olindo
Fitu Bangkauno serta Wawono Liwu adalah sumber daya manusia dan sumber daya
alam, bakalan yang akan di atur.
Nilai-nilai yang diajarkan SUGI MANURU
Inilah yang dikatakan ebagai rahasia wawasan negeri dalam pengertian SOWITE ( untuk tanah air ). SOWITE ini
kemudian diuraikan agar mudah dalam
implementasinya sebagai landasan idiologi
yang dikenal dengan falsafah hidup masyarakat Muna, yaitu “ Koemo
Bhada Sumanomo Liwu, Koemo Liwu Sumanomo Sara, Koemo Sara Semanomo Oadhati,
Koemo Oadhati Sumanomo Agama”, artinya ; Rela mengorbankan Jiwa dan raga
demi bangsa dan negara, Tegakkan Hukum walaupun bumi runtuh, kalaupun hukum
tidak berjalan, adat istiadat tetap harus dipertahankan, Kalaupun adat istidat
sudah tidak memberi arah,
nilai-nilai, agama yang akan
dijadikan pegangan.
Penetapan empat landasan idiologi
sebagai falsafah hidup Masyarakat Muna tersebut sangat jelas dipengaruhi oleh
ajaran Islam. Hal ini ditandai dengan penghargaan agama sebagai ajaran yang
harus dipegang dan menjadi petunjuk apabila ajaran-ajaran lainnya tidak
berjalan dengan baik.
Penentuan tingkatan golongan masyarakat
pada masa pemerintahan SUGI MANURU di klasifikasikan berdasarkan
keturunan Sugi manuru. Hal ini dimaksudkan agar kelak tidak terjadi konflik
perebutan kekuasaan diantara keturunannnya.
Struktur tingkatan golongan masyarakat
itu adalah :
1. Golongan Kaomu. Golongan ini bersumber dari anak
laki-laki Sugi Manuru yang berasal dari permaisuri. Kaomu adalah goloangan
teratas yang berhak menduduki jabatan Raja Muna dan Jabatan-Jabatan eksekutif
lainnya yang sesui dengan hukum adat ( Kuasa eksekutif )
2. Golongan Walaka. Golongan ini bersumber dari anak
Perempuan Sugi Manuru yaitu Wa ode pago yang kawin dengan La Pokainse anak
Mieno Wamelai. Walaka adalah golongan yang berhak dan memiliki kuasa dalam
mengangkat Raja Muna, memegang kekuasaan menetapkan hukum hukum adaat dan mengawasi
pelaksanaannya ( kuasa legislatif dan Yudikatif ).
3. Goloangan Wawono Liwu. Goloangan ini terbagi atas tiga
tingkatan yaitu :
Þ Golongan Wawono Liwu Ghoera atau Fitu Bengkauno,
Golongan ini bermula dari 7 orang anak laki-laki Sugi Manuru dari istri
selir. Golongan ini berhak untuk menjadi kepalah pemerintahan Ghoera (kuasa
Pemerintah daerah) yaitu;
1. Ghoerano Tongkuno
2. Ghoerano Kabawo
3. Ghoerano Lawa
4. Ghoerano Katobu
Þ Golongan Wawono
Ghaoera Papara yaitu turunan dari ke 4 Kamokulano dahulu yaitu;
1. Kamokulano Tongkuno.
2. Kamokulano Barangka,
3. Kamokulano Lindo,
4. Kamokulano Wapepi.
Þ Golongan Poino
Kontu Lakono Sau. Golongan ini adalah golongan Wawono Liwu yang terendah,
ibarat sebuah batu dan sepotong kayu didalam masyarakat Kerajaan Muna. Mereka
ini turunan dari ke empat Mieno yaitu;
1. Mieno Kaura,
2. Mieno Kasintala,
3. Meino Lembo,dan
4. Meino Ndoke.
Sugi
Manuru juga menetapkan mekanisme pengangklatan pemimpin, mulai dari tingkat
Raja sampai pada tingkat pemerintahan terendah yaitu Mieno. Menurut ajaran Sugi
manuru Penentuan siapa yang akan menjadi
pemimpin dimasing-masing tingkatan dan golongan ditentukan oleh Sara
berdasarkan kapasitas masing-massing indifidu. Pengangkatannya berdasarkan
hasil rapat dewan adat yang anggotanya berasal dari golongan Walaka.
Selain
Menyusun tingkatan golongan masyarakat, SUGI MANURU juga menetapkan struktur pemerintahan kerajaan. Struktur
pemerintahan kerajaan pada jaman SUGI MANURU adalah ;
Þ Raja (Eksekutif), dari Golongan Kaomu
Þ Bonto ( Legislatif ), dari golongan walaka
Þ Mintarano Bhitara ( Yudikatif ), dari
golongan Walaka ( No 1- 3 adalah
pemerintah pusat )
Þ Mowano Ghoera ------------ pemerintahan setingkat dibawah
pemerintah pusat
Þ Kamokula & Mieno -------------
setingkat dibawah Ghoera
Semua
perangkat kerajaan termasuk raja disebut sebagai Sarano Wuna. Mereka
itu harus dapat merepresentasikan muna secara keseluruhan.Dewan Sara dipimpin
oleh Bonto dari golongan Kaomu. Sidang – sidang dewan Sara bertugas mengangkat
dan memberhentikan Raja serta menetapkan arah haluan kebijakan
Kerajaan.
Langganan:
Postingan (Atom)