Sayyidah Nafisah; Wali Allah Dari Kaum Perempuan
oleh AQIDAH AHLUSSUNNAH: ALLAH ADA TANPA TEMPAT
SAYYIDAH NAFISAH
Beliau adalah Nafisah
putri al Hasan al Anwar ibn Zaid al Ablaj ibn al Hasan ibn Ali karramallahu
wajhah. Ibunda beliau adalah seorang ummu walad (budak yang dinikahi tuannya)
seperti halnya Hajar ibunda Nabi Ismail.
Beliau tumbuh dalam keluarga yang mendidiknya menjadi
seorang yang alim, wara', dan ahli ibadah.Hari-harinya di isi dengan puasa pada
siang hari dan bangun malam untuk beribadah, sehingga Allah memulyakannya
dengan beberapa karamah.
KELAHIRANNYA
Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi ayah sayyidah Nafisah
untuk duduk di Masjidil Haram guna memberi pelajaran agama dan ilmu al quran
kepada manusia.
Kemudian suatu hari datang kepada beliau salah seorang budak
membawa berita kelahiran putrinya, seraya berkata: Berbahagialah engkau
tuan!malam ini telah lahir putrimu yang cantik jelita yang tiada duanya.Ketika
mendengar hal itu, beliau sangat senang dan bersujud kepada Allah sebagai rasa
syukur atas terkabulkannya doa beliau serta memberikan hadiah yang banyak
kepada budak tersebut seraya berkata: katakan kepada keluarga agar menamainya
NAFISAH semoga ia menjadi pribadi yang baik dan suci.
Beliau radhiyallahu anha dilahirkan di kota Makkah Al
Mukarromah pada hari rabu 11 rabiul awal tahun 145H . dan yang lebih
menyenangkan ayahnya adalah bahwa putrinya ini mirip sekali dengan saudarinya yang bernama Nafisah
binti Zaid istri khalifah Al Walid ibn Abdil Malik.
Setelah tersebarnya kabar gembira kelahiran sayyidah Nafisah
ini, banyak orang berbondong-bondong untuk mengucapkan selamat kepada keluarga
yang mulia ini, serta bertepatan dengan hal tersebut datanglah kepada al hasan al anwar utusan Kalifah
Abbasiyah Abu Ja’far Al Mansur dengan membawa sebuah kitab yang mengeluarkan
bau misik dan hadiah dari khalifah berupa sekantong uang sebesar 20.000
dinar.Kemudian beliau membuka kitab tersebut dan membacanya dengan seksama,
sementara orang-orang disekitar beliau dengan tegang menunggu apa yang telah
dititahkan khalifah kepada beliau, mereka takut hal tersebut akan membahayakan
keturunan Rasulullah. Kekhawatiran mereka bertambah ketika beliau menangis dan
mengatakan: “Sang Khalifah telah memilihku menjadi gubernur Madinah AL
Munawwarah”.Sontak wajah mereka menjadi berbinar-binar karena sangat bergembira
seraya berkata: “ Sungguh suatu kabar gembira bagi kota Madinah, karena akan
dipimpin orang sepertimu, yang selalu menegakkan keadilan dan sunnah rasul
serta memegang teguh hukum islam”.Mendengar perkataan mereka , beliau berkata:
“Kalaupun titah kepemempinan ini adalah suatu nikmat dari Allah, maka dia
(putriku Nafisah) lah yang membawa kabar gembira tersebut (dengan
kelahirannya).Dan kalaupun hal ini adalah suatu karamah (kemulyaan dari Allah),
maka dia (putriku Nafisah) lah yang menjadi tandanya”.
Beliau radhiyallahu ‘anha tumbuh dalam lingkungan yang
mulia, baik ketika masih tinggal di Makkah ataupun setelah pindah ke Madinah
ketika beliau berumur 5 tahun. Beliau mulai di ajari al quran dan hadist nabawy
secara intensif baik dari segi hafalan ataupun meriwayatkan hadist. Beliau jaga
sering juga ikut ke masjid Nabawy sehingga sering menyaksikan orang-orang
shaleh berlalu lalang disana.
Sungguh Allah telah memberi berkah pada umur beliau, pada
usia 8 tahun saja beliau sudang hafal Al Quran dan hadist nabawy yang cukup
banyak. Beliau selalu menyertai ayahnya baik ketika bepergian atau di rumah,
sehingga beliau menjadikan ayahnya sebagai panutan dan contoh yang baik.
Beliau radhiyallahu ‘anhu sering berdao seraya mengatakan:
Ya Allah jauhhkan hatiku dari hal yang bisa menyibukkannya (melalaikanMu), senangkan diriku kepada
setiap hal yang menjadikan aku sekaku bertaqarrub kepadaMu, mudahkanlah jalanku
untuk taat kepadaMu,jadikanlah aku termasuk wali (kekasih)Mu, karena hanya Engkaulah Dzat yang diharapkan dalam kedaan
sulit . Hanya kepada engkaulah manusia memohon pertolongan
Termasuk ulama’ terkenal yang pernah bertemu dengan beliau
adalah Imam Malik ibn Anas pengarang kitab Al Muwattha’, imamDaar al Hijrah,
seorang yang sangat wara’, dan periwayat
hadist-hadist sahih.
Beliau juga meriwayatkan hadist-hadist dan mendapat
hikmah-hikmah dari para ahli hadist, ahli fiqh, ahli syair, dan pembesar ahli
bahasa yang berkumpul di ruman ayahnya.
SAYYIDAH NAFISAH MENIKAH
Kini sayyidah Nafisah telah dewasa, telah siap untuk
menempuh jenjang pernikahan dan telah mumpuni dari segi ilmu maupun
ketaqwaannya. Karena hal itu banyak sekali pemuda yang datang kepada Ayahnya
untuk melamar beliau, baik dari keturunan Rasulullah, pembesar-pembesar ulama’
ataupun suku Quraisy. Termasuk yang sangat ingin menikahi beliau adalah Ishaq
ibn Ja’far as Shadiq, yaitu pemuda yang tekenal diantara teman-temannya dengan
julukan Al Mu’tamin karena sifat amanah dan keteguhan imannya.
Ishaq bukanlah orang yang asing lagi bagi sayyidah Nafisah,
karena ia adalah putra imam Ja’far al Shadiq ibn Muhammad al Baqir ibn Ali
Zainal Abidin ibn Husain cucu Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia telah
melihat benyak sekali pemuda-pemuda yang datang kepada Ayah sayyidah Nafisah
guna melamarnya, tetapi beliau selalu mengatakan: “Aku ingin menyampaikan amnah
kepada pemiliknya, aku ingin mengembalikan
tetesan ke dalam lautan dan aku ingin menanam mawar di dalam kebunnya”.
Maka ketika setiap pemuda yang mendengarnya akan mengurungkan niatnya untuk
meminang, mereka berkata: mungkin ada suatu rahasia dari balik perkataan
tersebut yang kita tidak ketahui.
Meskipun demikian Ishaq menganggap ia harus tetap mencoba
kesempatannya. akhirnya ia beristikharah kepada Allah kemudian pergi bersama
pembesar-pembesar Ahli Bait untuk meminang sayyidah Nafisah, akan tetapi
penolakanlah yang ia dapatkan sehingga ia pulang dengan hati yang hancur karena
lamarannya ditolak.
Kemudian ia pergi ke Masjid Nabawy dan melakukan shalat.
Setelah itu ia masuk ke dalam ruang makam Rasulullah dan berdiri di samping
makam seraya berkata: Semoga rahmat dan keselamatan selalu tercurah kepadamu
wahai Rasulullah, wahai Penghulu para rasul, Penutup para nabi, dan kekasih
Tuhan semesta alam.aku datang untuk membritahukan engkau keadaanku, aku
limpahkan hajatku kepadamu supaya engkau membantuku , kepadamulah manusia
mengadukan hajat merek dan meminta bantuan pertolongan, aku telah melamar
Nafisah kepada ayahnya tetapi ia
menolakku".kemudian Ia mengucapkan salam dan pergi dari makam Rasulullah.
Keesokan harinya Ishaq dikagetkan dengan berita bahwa ia di
panggil oleh al Hasan al anwar, dan
ketika ia menemuinya al hasan berkata: “Tadi malam aku mimpi bertemu dengan
kakekku Rasulullah dengan rupa yang sangat menawan, beliau mengucapkan salam
kepadaku seraya berkata: “Wahai Hasan nikahkanlah putrimu Nafisah dengan Ishaq
al Mu’tamin!”. Kemudian dilangsungkanlah pernikahan mereka pada hari Jumat
tanggal 1 Rajab 161 H, sehingga lengkaplah cahaya berkah hasan dan husein di
rumah itu karena sayyidah Nafisah adalah keturunan Hasan, sedang suaminya
keturunan Huseinradhiyallahu ‘anhuma. Sayyid Ishaq juga terkenal keagungannya,
sifat wara’, banyak orang yang meriwayatkan hadist dan atsar darinya karena
beliau juga terkenal sebagai Muhaddist yang berkompeten.
PERJALANAN KE MESIR
Kini Sayyidah Nafisah telah menjadi idola di hati
masyarakat, khususnya penduduk Mesir. Setiap musim haji mereka menyempatkan
diri untuk menziarahi beliau dan selalu mempersilahkannya mengunjungi Mesir.
Menanggapi hal itu beliau berkata: “Insya Allah aku akan menziarahi kalian,
karena Allah telah memujinya dan menyebutkannya dalam al quran. Begitu juga
kakekku telah bersabda agar berwasiat kebaikan kepada penduduknya”.
Kemudian beliau radhiyallahu ‘anha bersama suami dan kedua
anaknya al Qasimdan Umi Kultsum serta ahli bait lainnya berhijrah ke Mesir dikarenakan ayah beliau
sudah tidak berkuasa lagi di Madinah serta banyaknya fitnah yang menyebabkan
keturunan Rasulullah pindah ke tempat lain.
Sambutan yang sangat meriah dan hangat beliau dapatkan
ketika sampai di Mesir, masyarakat saling berebut menjamu beliau serta para rombongan hijrah. Dan Sayyid Jamal ibn
Jashash lah yang memberikan tempat tinggal bagi beliau di Mesir .
Meskipun beliau terbiasa hidup berkecukupan ketika tinggal
bersama ayah beliau di Madinah, tapi sifat wara’nya lah yang menjadikan beliau
tetap kerasan di tempat barunya ini. Dikatakan dalam salah satu riwayat bahwa
beliau hanya makan sekali dalam waktu tiga hari. Berkata salah satu keponakannya yang bernama Zainab :
“Aku melayani beliau selama 40 tahun dan tidaklah aku dapati beliau kecuali
tidak pernah tidur pada malam hari, puasa pada siangnya kecuali pada hari raya
dan 3 hari tasyriq. Aku berkata: Tidaklah anda kasihan dengn diri anda? Beliau
menjawab: bagaimana aku bisa kasihan kepada diriku ketika banyak siksaan
dihadapan mata dan tidak bisa menghalaunya kecuali orang-orang yang beruntung”.
Ia juga berkata: “ Bibiku adalah orang yang hafal alquran dan tafsirnya, stiap kali
membacanya beliau selalu meneteskan air mata”.
KAROMAH-KAROMAH BELIAU
Diantaranya adalah:
Keranjang makanan
Al Qona’I berkata : aku bertanya kepada zainab keponakan
beliau: “Apakah makanan bibimu sehari-hari? “Ia menjawab: “beliau hanya makan
sekali selama tiga hari, keranjang
makanan beliau tergantung di depan tempat sholat. Dan setiap kali beliau
mengiginkan makanan , aku selalu mendapatkannya di dalam keranjang tersebut.
Maka Alhamdulillah kami bisa menyaksikan (karomah) yang telah diberikan Allah
kepada Sayyidah Maryam”.
Mengalirnya kembali sungai Nil
Sa’ad ibn hasan berkata: pada zaman beliau sungai Nil pernah
kering, kemudian orang-orang mendatangi beliau dan meminta doa darinya. Beliau
memberikan cadarnya kepada mereka, kemudian mereka membawanya dan
melemparkannya ke dalam sungai. Setelah itu mengalirlah air sungai tersebut
sebelum orang-orang meninggalkannya.
Seekor ular besar
Al Imam Auza’i – imam dan pakar fiqih daratan Syam- (wft.
159H) berkata: Aku bertanya kepada
Jauharah – salah satu budak Hasan al Anwar- :Apakah engkau melihat sebuah
karomah pada saat sayyidah Nafisah masih kecil? Ia menjawab : “Ya, ketika itu
udara sangat panas sekali dan di sampingku ada
secawan air untuk beliau. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan seekor ular
besar yang mendekat kepadaku, kemudian ular tersebut menempelkan pipinya ke
dalam cawat tersebut layaknya ia sedang mengambil berkah dari air tesebut.
Setelah itu ular tersebut pergi.
Doa untuk Imam Syafi’i
Setiap kali Imam Syafi’I sakit , ia selalu mengutus seseorang
–seperti Rabi’ al Jizi atau Rabi’ al Muradi- kepada beliau untuk menyampaikan
salam dan mengatakan bahwa imam Syafi’i sedang sakit, kemudian beliau
mendoakannya dan Imam Syafi’i pun sembuh sebelum utusannya tsb tadi datang.
Ketika Imam Syafi’i sakit (akan wafat), ia juga mengutus
seorang seperti biasanya kepada beliau radhiyallahu ‘anha, kemudian beliau
berdoa: Semoga Allah menyengangkan beliau dengan melihat DzatNya( di akherat).
Mimpi Rasulullah
Suatu hari suami beliau Sayyid Ishaq berkata: “Ikutlah bersama
kami ke Hijaz!” beliau menjawab: “Aku tidak bisa melakukan itu karena tadi aku
mimpi \Rasulullah bersabda kepadaku: “Jangan tinggalkan Mesir karena Allah akan
mewafatkanmu di Mesir!”
WAFAT
Sayyidah Nafisah
terserang penyakit pada bulan Rajab 208 H dan penyakit tersebut tambah parah
hingga bulan Ramadhan. Karena sangat parahnya penyakit sehingga beliau tidak
kuat bergerak, kemudian didatangkan dokter kepada beliau dan ia menganjurkan
beliau untuk tidak berpuasa. Tetapi beliau berkata: “ Sungguh mengherankan
(saranmu), padahal selama 30 tahun aku selalu meminta kepada Allah agar aku
meninggal dalam keadaan berpuasa. Terus apakah aku akan berbuka? Padahal aku
sudah menggali kuburan dibalik serambi - sambil menunjukkan letak kuburan
tersebut -. Disanalah insya Allah aku di akan dimakamkan. Jika aku meninggal
kuburkanlah aku di sana! ”.
Diriwayatkan bahwa beliau telah menghatamkan alquran di
dalam kuburan tersebut sebanyak 1000 kali.
Beliau meninggal
selang 4 tahun setelah meninggalnya Imam Syafi’i. Jasad beliau di
makamkan di makam yang beliau gali sendiri dangan tangan mulianya.
Semoga Allah meridhoi Sayyidah Nafisah dan mengumpulkan kita
bersama beliau di surga bersama para nabi, para shiddiqin, para syuhada’, dan
orang-orang shaleh. Karena mereka adalah sebaik-baik teman.
Wallahu a’lam wa ahkam.
blog. Pecinta Rasulullah SAW.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar